Pengalaman Menulis di Penerbit Mayor
Bersama:
Ukim Komarudin
Senin, 4 Mei 2020, tepat ramadahan ke-11 kuliah online masih terus berjalan. Ini semua agar peserta mendapatkan ilmu dari narasumber-narasumber hebat yang bisa dijadikan inspirasi dalam menulis.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat siang semuanya. Guru-guru hebat Indonesia. Siang ini kita akan mendapatkan tambahan pengetahuan dan pengalaman dari bapak Ukim Komarudin. Itu
salam pembuka dari Omjay kepada para peserta kuliah onlime. Kemudian Omjay mempersilakan kepada pak @Bambang Purwanto Bandung untuk memimpin acara dan menjadi moderatornya. Mr. Bams sapaan Pak Bambang Purwanto menyamput dengan
ucapan terima kasih kepada Omjay karena memberikan kesempatan kepadanya untuk memandu pembelajaran siang ini. Alhamdulillah hari ini kita kedatangan pemateri yang luar biasa. Kita sapa Bapak Ukim. Tak lupa Mr. Bams menyapa
pak Ukim "Bapak Ukim bagaimana kabarnya?" lalu dijawab oleh pak Ukim "Baik, Mr. Bams. Sehat. semoga Mr. Bams juga ya. Semoga teman-teman semua juga dalam kondisi sehat wal afiat." Dibalas kembali oleh
Mr. Bams "Alhamdulillah."
Sebelum kuliah dimulai Mr. Bams memberi aturan untuk sesi tanya jawab, yaitu untuk penanya bisa japri ke 088809405468 dengan ketentuan: 1). Sebutkan nama dan daerah, 2). Hanya 1 pertanyaan dan 3). Pertanyaan
dikirim paling cepat 14.45 (diluar itu tak akan dilayani). Setelah aturan itu di utarakan Mr. Bams, dipersilakan kepada Om Ukim memulai pembelajaran.
Pak Ukim memulai dengan ucapan "Saya sangat berterima kasih kepada panitia yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk berbagi. Saya masih belajar. Jadi mohon maaf apabila yang saya sampaikan
sederhana. Semangat berbagi yang menyebabkan saya berani berbagi dalam kesempatan seperti ini. mohon doanya, semoga bermanfaat." Dilanjutkan dengan penjelasan materi hari ini.
Pertama, saya berpikir, menulis merupakan ekspresi pribadi saya. Oleh karena itu, saya merasa sangat penting agar saya memiliki tempat mencurahkan segala kegelisahan atau apapun bentuknya. Lalu saya menemukan
menulis adalah sarana yang tepat buat saya. Saya tak pernah merasa khawatir, terkait dengan kualitas tulisan saya. Saya juga tidak perduli dengan ragam atau apa yang menjadi trend di masyarakat. Pokoknya menulis. Menulis
adalah kebutuhan. Saya merasa menemukan lebih tentang "saya" dengan menulis. Demikian hal itu terus berjalan hingga jika tidak dilakukan seperti ada sesuatu yang hilang. Demikianlah saya menulis dengan jujur, sejujur-jujurnya.
Apa adanya.
Selain menulis apa adanya, saya pun menulis apa saja. Karena saya guru, saya menulis terkait pelajaran, beragam kegiatan berupa proposal, liputan kegiatan yang harus dituliskan di majalah, dan menulis
buku harian. Begitu setiap saat diisi oleh menulis. Hingga sampai suatu hari, tulisan-tulisan itu mulai dilirik orang-orang terdekat, yang dalam hal ini teman-teman guru. Satu dua teman berkomentar bahwa tulisan saya bagus.
Istilah mereka, tulisan saya emotif. Kata mereka juga, tulisan saya dapat membuat pembaca larut dalam cerita. Ada juga yang mengatakan bahwa bahasa saya sederhana dan mudah dicerna oleh pembaca. Ada juga yang mengaku bahwa
sepenggal tulisan saya dapat dijadikan ceramah atau kultum, dan sebagainya.
Karena komentar tersebut, saya mencoba membukukan tulisan-tulisan saya yang selama ini merekam semua kejadian karena saya memang senang membuat buku harian. Ada beragam kejadian, tetapi tema besarnya,
yang saya tuliskan merupakan pelajaran seorang dewasa (guru) dari anak-anak "cerdas" yang menjadi siswanya. Oleh karena tulisan itu beragam kejadian, beragam waktu, dan dari beragam tokoh, maka saya menuliskan judul
buku tersebut, "Menghimpun yang Berserak." Sebuah usaha untuk mengumpulkan segenap mutiara yang berserakan dalam kehidupan yang sangat bermanfaat bagi saya, dan semoga bermanfaat pula buat orang lain (pembaca).
Demikianlah waktu itu, saya yang kebetulan menjadi penanggung jawab penerbitan buku di sekolah menyisipkan karya pribadi, selain karya bersama (berlima) menulis dan berupaya buku mata pelajaran. Mr. Bams
dan teman-teman yang kreatif, saya diinterview terkait dua bagian buku. Pertama, buku bersama yakni buku mata pelajaran. Kedua, buku pribadi saya, "Menghimpun yang Berserak." Dalam kesempatan interview itulah saya banyak mendapatkan pengetahuan terkait tips dan trik menerbitkan buku.
Saya banyak mendapatkan pelajaran menyangkut hal-hal yang tadinya tidak saya pikirkan. Pelajaran atau informasi itu awalnya, membuat saya tidak nyaman karena menabrak prinsip menulis saya. Umpamanya,
"Apakah ketika saya menulis buku "Menghimpun yang Berserak ini sudah memperkirakan akan laku di pasaran?." Kalau sudah ada, apakah buku saya punya nilai tambah sehingga pembaca melirik dan membeli buku saya?
Untuk kepentingan pasar, "Apakah saya bersedia apabila beberapa hal terjadi penyesuaian (diganti)? dan seterusnya.. Terus terang, saya merasa kurang nyaman dengan interview itu. Saya merasa diam-diam mulai "dipenjara".
Inikan ekspresi pribadi saya, mengapa orang lain bisa mengatur hal-hal yang sangat privasi? Menyebalkan! Begitu, oleh-oleh pulang dari interview.
Saya yang tersadar mendapatkan ilmu pengetahuan lebih ketika beliau menjelaskan tentang tim yang akan menyebabkan karya saya dapat dinikmati orang banyak. Beliau menjelaskan bahwa yang menanyai saya itu
mungkin editor. Sebab, beliaulah garda depan yang menentukan naskah itu layak diterbitkan atau sebaliknya. Menurut teman saya itu, naskah saya sepertinya punya potensi atau "layak" untuk diterbitkan. Tetapi sebagai
pemula, karya saya memang harus dipoles di sana sini.
Jika nanti naskah itu bisa melewati editor, maka proses "menjadi" memang mengalami banyak hal. Ada bagian gambar sampul, ilustrasi, photo jika diperlukan, tata letak, dan lainnya. Yang jelas,
semuanya merupakan tim saya. Kasarnya, semuanya akan menyukseskan saya, begitu teman saya meyakinkan saya.
Oleh-oleh itulah yang menyebabkan saya menindaklanjuti pertemuan dengan penerbit. Selain hal-hal yang umum tentang buku mata pelajaran yang ditulis bersama, saya mengkhususkan pikiran ke buku "Menghimpun
yang berserak". Yang menenangkan, editor menceritakan bahwa semua hal menangkut buku saya selalu dalam konfirmasi. Artinya, semuanya akan terjadi jika saya setuju.
Demikianlah saya menjelani proses, hingga akhirnya ada proses sebelum naik cetak, yang sangat penting dalam proses kreatif saya, yakni menerima dami atau calon buku yang sama persis jika akhirnya bisa
dicetak. Saya gembira sekali menerima buku dami itu. Terus terang saking gembiranya, saya menandatangi saja kontrak kerjasama tanpa membaca persentase yang kelak saya terima. Diduga sikap itu bukan sembrono, tetapi karena
memang saya menulis bukan untuk hal tersebut.
Akhirnya, saya mendapat konfirmasi ketika saya dapat kabar bahwa ada meeting terkait dengan terbitnya buku saya. Pertama, saya menerima buku pribadi, kalau tidak salah jumlahnya hanya 5 buku. Buku tersebut berstempel tidak diperjual belikan. Kedua, saya diajak bicara terkait dengan teknis launching Buku "Menghimpun yang Berserak". Ini soal bagaimana membuat buku saya laku. Saat itu saya sangat bodoh dan kurang dapat memberikan
masukan yang berarti. Ketiga, saya diberitahu bahwa penerbit menerbitkan jumlah yang diterbitkan pada penerbitan pertama ini dan kurang lebih 6 bulan kemudian saya baru akan mendapat
royaltinya. Untuk tersebut juga saya tidak pandai memberi masukan.
Peran saya kemudian adalah mengusahakan buku saya dapat dinikmati orang lain. Kala itu agak sulit karena media sosial belum sedasyat sekarang. Kebetulan saya pembicara, saya berupaya menjual buku-buku
saya pada kesempatan bicara tersebut.
Ada beberapa kejadian menerbitkan buku kembali, kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya hingga yang menjelang terakhir buku, "Arief Rachman Guru". Semuanya mirip-mirip pengalaman dengan penerbit.
Kurang lebih, seperti itulah kira-kira. mohon maaf apabila kurang lengkap. semoga dapat dilengkapi ketika nanti tanya jawab.
Itulah pengantar dari Pak Ukim yang merupakan pengalamannya menulis buku hingga proses penerbitan buku. Pengalaman yang luar biasa dan mengandung ilmu yang berarti bagi saya sang pemula.
Kemudian dilanjutkan sesi tanya jawab. Sesi tanya jawab ini, pertanyaan akan diberikaoleh Mr. Bams dengan kode P1 dan seterusnya, lalu narasumber memberikan jawaban diakhiri dengan chat baris terakhir
dengan hurur N.
P1:
Assalamu'alaikum. Saya Ratna Jumpa dari Sigli Aceh, ingin menanyakan kepada Bapak, bagaimana kriteria layak atau tidaknya sebuah buku dapat di terbitkan oleh penerbit terutama buku pelajaran. Terima
kasih.
Jawaban:
Ibu Ratna yang baik. Memang ada kriteria yang dianggap layak untuk diterbitkan. Khususnya terkait buku mata pelajaran, biasanya mereka mencari buku: (1) menunjukkan penggunaan pendekatan
baru; (2) lebih lengkap; (3) penulisnya memang berkualifikasi luar biasa; (4) Naskah renyah (enak dibaca); dan diutakan dari hasil penelitian lembaga-lembaga pendidikan terbaik. N
P2:
Assalamualaikum Om Ukim yang budiman, perkenalkan saya Syukri dari SMAN UNGGUL Dharmaraya Padang, saya bertanya tentang pengalaman Om Ukim dalam tulis menulis:
- Jeda berapa lama tulisannya mulai di lirik.
- Media apa tempat mempublish tulisan om pertama kali.
- Gimana latar belakang buku guru juga manusia sehingga bisa best seller, dan buku besy seller tersebut berapa exsemplar laku dan berapa oom dapat royalti dari buku tersebut. (maaf agak privasi)
- Dari awal mulai om menulis sanpai sekarang, ada ndak berubah motivasi oom Ukim dalam menulis.
- Saat oom di intervew sama siapa, dan apa hal yang sangat berkesan dari intervew tersebut.
- Keseharian Om Ukim seperti apa kesibukannya.
- Apakah buku karya Om Ukim semua diterbitkan di mayor?
- Buku mengumpulkan yang berserak tersebut berapa naskah semu.
Jawaban:
Om Syukri yang kreatif. Paling lama 6 bulan. Jika tidak ada kabar. Berpindah ke lain hati (penerbit lain) atau naskah direvisi ulang. Saya menulis di buletin sekolah, kemudian buletin
pendidikan DKI, lalu buletin Diknas, dan seterusnya. Buku Guru juga Manusia bisa terjual banyak karena bantuan publikasi media sosial yang saaat itu sudah mulai menggejala. Untuk buku berikutnya, saya mendapatkan berkah dari
medsos itu. Saya tipe penulis. Mungkin, lebih banyak buku yang tidak saya terbitkan daripada yang saya terbitkan. Saya memang bukan tipe pandai menjual ide. Saya senang menulis. Yang menarik buat saya tulis, ya saya tulis.
Tak peduli tak dilirik penerbit. Tapi Allah maha pengasih. Beberapa sering dilirik penerbit dan jadi berkah buat keluarga. Yang interview dari dulu sampai kini sudah saya tahu. Pasti dia editor. Dialah penentunya. Saya sering
berdoa, dan ternyata sering benar, "Dia lebih pintar dari saya". Minimal soal membuat buku saya laku di pasaran. Semua buku berkesan. Dia seperti anak saya. Dia ada yang berkembang dan bermakna bagi masyarakat luas.
Ada juga yang diam-diam hanya dibaca sahabat dekat ketika dia terpuruk di sudut kamarnya. Semuanya saya syukuri. Ia lahir dari saya, saya bangga atas rezekinya. Demikian ya. N
P3:
Assalamu’alaikum Mr. Bams. Mau tanya kepada Pak Ukim Komarudin
Jika menulis di mayor di kasih waktu berapa lama untuk menulis setelah menyetorkan judul atau setelah kontrak di berikan, apakah setelah mendapat kontrak menulis di penerbit mayor, akan di tawari kerja
sama lagi setiap tahunnya?
Mohamad Soni Jombang
Jawaban:
Pak Mohammad Soni yang baik, ketika bertemu penerbit saya sudah bawa naskah utuh. Dari naskah itu kita mulai bicara. Saya sering diminta menulis terus oleh beberapa penerbit karena
beberapa buku saya yang dipergunakan di lembaga pendidikan terbit terus. mungkin sekarang sudah jilid belasan. Masalahnya di pembagian waktu atau prioritas. kelemahannya juga ada di saya. Pribadi saya kurang bisa kompromi.
Tapi percayalah, dari karya Bapak yang sungguh-sungguh akan ada tawaran berikutnya. Masalahnya, Bapak berkenan membagi waktu dan prioritas? N
P4:
Saya ,Sri Budi Handayani dari Gresik mau bertanya Bagaimana mengetahui gaya selingkung penerbit.
Jawaban:
Ibu Sri, saya termasuk orang yang nggak mau belajar tentang itu. Bisa terkuras energi kita jika memikirkan hal itu. Itu sebabnya, saya menulis untuk diri saya. Jadi, ketika itu jadi
duit, alhamdulillah. Lalu, saya tak mendapat konfirmasi sekaligus royalti, padahal di belakang saya mereka menerbitkan dan menjual buku saya. Silakan. Makan tuh rezeki saya semoga jadi amal yang dipakai kebaikan. Saya kurang
suka dengan hal-hal yang diluar jangkauan saya N
P5:
Pertanyaan pertama Saya dulu menulis banyak novel,dan cerpen tapi tidak sampai klimaks sudah bosan. Bagaimana cara mengatasi nya? Pertanyaan kedua, saya suka menulis novel. Tapi, kenapa saya terus mengulang ulang kesalahan yang sama.Misal tokoh terlalu banyak, jalan cerita mudah ketebak,bagaimana cara mengatasinya? Pertanyaan ketiga, saya mempunyai asisten penulis novel. Teman saya beda kelas dan teman saya satu kelas. Alasan saya butuh asisten karena mereka sebelumnya pernah menulis novel di wattpad dan
menjadi suka menggambar. Sehingga diharapkan agar ceritaku bisa dilihat dari sudut pandang bayak orang, tapi apakah langkah itu sudah betul? Pertanyaan keempat, karena banyak orang yang membatu saya, apakah mereka disertakan dalam bagian abstrak/pengenalan penulis, e…
Jawaban:
Bapak siapa, ya? Diduga Bapak salah memilih kategori ekspresi menulis. Bapak, harus menempatkan diri sesuai stamina dan kecenderungan Bapak. Ada tipe sprinter, maka pilih cerpen.
Kalau Marathon, pilih novel. Mungkin bertahap ya, pak. Dari lari jarak pendek karen latihan akhirnya bisa lari jarak jauh. Ada yang disebut, Premis (tema besar). Biasa terdiri atas satu paragraf. Hebatnya, ia adalah sebuah
headline yang memegang pergerakan ide, tokoh, dan alur cerita. Penulis hebat memulia dari itu, Pak. Percayalah, jika tidak memulia dari situ, kemungkinannya kalah tenaga, atau ngawur kemana-mana. Saya tipe orang yang sering
menyembunyikan karya jika belum final. Saya orang teater, pak. Saya suka membuat kejutan dengan membina puncak-puncak cerita. Termasuk di sini kelahiran anak (karya) saya yang mengejutkan. Permasalahan penulis pemula sering
serakah. Jadi penulis sekaligus editor. Akhirnya, nggak jadi-jadi. Baru satu bab dikoreksi. Baru lima lembar disalahkan sendiri. Ya Ambyar. Tulis saja, nanti ada jurinya: diri sendiri, teman penulis, dan akhirnya editor. Jika
mereka menganggap tulisan bapak nggak laku di pasaran, tapi Bapak bilang itu bagus tak apa. Ada suatu masa yang dikatakan banyak orang jelek, saat itu malah dicari dan dibenarkan orang. Benar, Pak. Membaca yang banyak dan
siapa saja yang Bapak suka. Hebatnya, Tuhan Maha kreatif dan Penyayang. Kita akan tumbuh menjadi diri sendiri tidak seperti Tere dan lainnya. Memang ada sedikit unsur, seperti ... tapi dalam dunia imajinassi itu sah. Namanya
terinspirasi oleh ...N
P6:
Nama : Makhmud asal Gempol Pasuruan. Boleh tanya pak,
Saya baru akan menulis buku , pengalaman bahan untuk tak menulis sudah ada akan tetapi memulai menulisnya kesulitan. Bagaimana memulai menulis buku yang bisa meyakinkan bagi penulis .
Jawaban:
Pak Makhmud yang berani, mulailah menulis dengan membaca buku-buku yang diduga akan mirip ekspresi bentukannya seperti buku yang akan Bapak buat. Ketika kita datang ke perpustakaan
atau toko buku, kita membaca untuk mendapatkan inspirasi. kadang-kadang, saya membeli buku atas tujuan seperti itu, Pak. Tentang meyakinkan memang dimulai dari Bapak dahulu. kalau Bapak kurang yakin, celakanya pembaca juga
demikian. Mulailah banyak membaca karya-karya yang bagus yang menjadi minat Bapak. Dari situ, bapak punya standar sendiri. Tentang meyakinkan memang dimulai dari Bapak dahulu. kalau Bapak kurang yakin, celakanya pembaca juga
demikian. Mulailah banyak membaca karya-karya yang bagus yang menjadi minat Bapak. Dari situ, bapak punya standar sendiri. N
P7:
Ass. wr wb. saya Hetty Setyoningrum dari SMPN 1 Kaloran Temanggung, Jawa Tengah. Ingin bertanya adakah tips dan trik agar kita bisa menjadi penulis produktif yang layak diterbitkan? Bagaimana cara menumbuhkan
rasa percaya diri dalam menulis (memulainya)? Terima kasih. wass.wr.wb
Jawaban:
Sahabatku Hetty, penulis yang baik memang pembaca yang baik. Banyak-banyaklah membaca sehingga akan mampu menulis. Saya setuju dengan himbauan menulislah setiap hari. Tapi tolong
disertai membaca agar tulisan kita berkualitas. Itu hukumnya, Het. Menulis (produktif) pasokannya adalah membaca (receptif). Manulis saja. Dengarkan respons dari sekitar. Kita memang membutuhkan orang yang membuat kita terlecut
menjadi lebih baik. N
P8:
Yulus Roma - Tana Toraja: Luar biasa pengalamannya pak, pertanyaan saya, apakah gaya bahasa sehari-hari bapak tertuang persis sama dengan gaya menulis di buku? Bagaimana mengolah bahasa sehari-hari agar
renyah dibaca orang? Terima kasih.
Jawaban:
Yulus yang baik, pada akhirnya kita akan menjadi diri kita sendiri. Termasuk dalam hal karya. Yulus akan menemukan warna, tipe, dan kekuatan sendiri dalam menulis. Ketika teman-teman
Yulus memuji tulisan Yulus, maka di saat itulah kualitas naik ke permukaan. Teruskan dan pupuk kekuatan itu. Sampai kalau serpihan tulisan Bapak terjatuh di jalanan, ada seorang teman yang mengatrakan kepada Anda bahwa ini
tulisan milik Anda. Kita akan bertanya, "kok tahu sih ini tulisan saya?" Dia kan jawab, "Saya sudah hapal itu Gaya Yulus." N
Karena waktu telah usai, untuk sisa pertanyaan akan dirangkum Mr. Bams, kemudian dikirim ke Email: ukimlabs@gmail.com. Tapi sebelumnya Pak Ukim memberi penutup materi sebelum mengakhiri kuliah online ini.
«Teman-teman yang baik. Ada kehebatan dari seorang penulis. Ia jelas ekspresinya. Ia juga punya daya jangkau dakwah yang lebih luas dalam menebar kebaikan. Ia juga punya legacy atau warisan untuk
pertinggal jejak kebaikannya, yakni tulisannya. Menulislah, setiap hari. karena anda akan menemukan kebahagiaan; menulis berarti kita MENCIPTAKAN SEJUMLAH KEBAIKAN.
Berikut pertanyaan yang akan dikirim Mr. Bams ke email Pak Ukim
P9:
Nama saya Fatma Eviana dari Pati. Mohon pencerahan.
Apakah menulis artikel atau menulis apa saja ada aturan urutan yang ditentukan seperti menulis penulisan karya ilmiah?
Jika memang ada mohon penjelasan.
P10:
Assalamualaikum pak Ukim saya ingin sekali tulisan saya sekarang dikelas menulis ini bisa dibukukan, namun tulisan saya, dibaca sendiri aja, masih acak-acakan baik bahasa maupun ejaan penulisannya. Apakah
tulisan saya itu bisa dibukukan? Bagaimana dengan bahasa dan ejaannya yang belum sesuai ?
P11:
Siang.. saya Kaswati dari SMKN 1 Nglegok Blitar
Mau bertanya
Bagaimana langkah kita menulis buku pelajaran yang kita ampu dan bagaimana trik trik jitu agar buku pelajaran yang kita buat bisa di minati para pembaca utamanya kaum pelajar. Terimakasih
P12:
Assalaamu'alaikum pak ukim. Saya sri indayani dari Lamongan. Saya sedang menulis buku pelajaran yang didalamnya banyak gambarnya, tetapi saya hanya bisa menggambar sebatas kemampuan saya. Yang saya
tanyakan, apakah penerbit akan memperbaiki gambarnya jika bukunya diterima oleh penerbit?
P13:
Suminarsih, Pemalang
Pertanyaan: Dari Pengalaman Bapak penerbit yang menawarkan untuk buku bapak diterbitkan. Untuk pemula tentu harus penulis yang mengajukan proposal ke penerbit? Bagaimana prosesnya?
P14:
Saya Candra dari Langkat-SUMUT, Pak. Alhamdulillah saya sudah baca buku bapak menghimpun yang berserak. Karya yang luar biasa. Yang mau saya tanyakan Pak, dominannya apa hal yang paling banyak dikoreksi
oleh pihak editor dan kiranya apa trik saya penulis pemula agar bisa meminimalisir hal itu? Terima kasih
P15:
Selamat sore pak Ukim, saya Grefer Pollo dari Kupang NTT,
Berdasarkan pengalaman bapak pribadi, apa kelebihan dan kekurangan jika penulis sebagai editor dari tulisannya dan orang lain (bukan penulis) sebagai editor? Terima kasih.
P16:
Salam sejahtera pak Ukim.
Saya mempunyai pengalaman yang mirip dengan bapak Ukim. Bedanya pada konteks dan kondisi. Saya berada di pedesaan pedalaman Timor yang akses ke penerbit tidak sama. Penerbit di Kota Kupang yang saya temui
pertama kali untuk mengantarkan apa yang kira-kira idem dengan milik pak Ukim, Menghimpun yang Berserak; Punyaku kusebut, Catatan Seorang Guru Daerah Terpencil. Mula-mula pimpinan penerbit tidak percaya kalau saya penulisnya,
berhubung yang saya bawa itu fotokopian dari potongan-potongan koran dimana opini-opini saya diterbitkan. Beruntungnya, saya punya Kartu anggota PGRI. Saya tunjukkan. Ia percaya bahwa saya guru, namun kelihatan pula keraguannya.
Saya harus menjelaskan berulang. Nah, saya sadar. Saya datang dari kampung. Tampilan memang kampungan, tidak nampak wajah sebagai penulis. Belum lagi penilaian apakah saya berdompet. Semua itu saya alami. Akhirnya melalui
proses panjang berbelit, buku pertama terbit tahun 2015, minta Penerbit sekaligus yang punya percetakan menggandakan sebanyak 200 eksemplar. Nah, kesulitan lain muncul. Masyarakat pendidikan kami (mungkin daerah lain berbeda
dengan kami di pedesaan), belum punya kebiasaan membaca. Mana mungkin membeli buku apalagi dari penulis kelas kampung. Itu romantikanya saya merambah dunia kepenulisan secara otodidak. Hari ini bapak Ukim berbagi pengalaman,
saya ingin bertanya, Bagaimana bapak membangkitkan minat baca lingkungan sekitar bapak? Roni Bani _Kab Kupang
P17:
Sri sulastri dr SMKN 2 Bojonegoro, jatim.
Kenapa editor ada yang TIDAK mengedit naskah buku?
P18:
Assalamu'alaikum. Saya Uri dari Majalengka Jawa Barat, ingin menanyakan kepada Bapak, "Apakah setiap buku yang kita ajukan untuk diterbitkan selalu diawali dengan inteview terlebih dahulu?"
Terima kasih.
P19:
Assalamualaikum. Mr Bams... Saya Ika Siswati dari Tangerang.. mau bertanya kepada bp. Ukim mengenai sistem kerja sama yang saya baca di power point. Di situ d tuliskan bahwa sistem kerja sama itu ada
royalti dan pembelian naskah. Boleh dijelaskan mengenai pembelian naskah pak. Terima kasih.
P20:
Saya Rachmi dari Banyuwangi
Jujur saya gagap menulis artinya masih harus belajar banyak hal seperti sekarang mengikuti belajar menulis, saya punya keinginan awal bisa menulis di buletin. Apakah ada syarat-syarat khususnya? Terima
kasih pak Ukim.
P21:
Assalamu'alaikum. Saya Suminar dari Tangerang.
Mohon maaf kepo, untuk memotivasi diri saya, sejak kapan bapak mencurahkan ekspresi diri dalam tulisan sehingga menjadikan menulis adalah kebutuhan. Dan di media apa saja bapak mengawali menulis. Terima
kasih
Tepat pukul 17.47 WIB, Pak Ukim mengirim jawaban atas pertanyaan susulan. Berikut jawabannya.
P9
Nama saya Fatma Eviana dari Pati
Mohon pencerahan
Apakah menulis artikel atau menulis apa saja ada aturan urutan yang ditentukan seperti menulis penulisan
karya ilmiah?
JAWAB
Betul, Ibu Fatma. Semua tulisan ada pagunya. Minimal itu sebagai pegangan dasar. Ke sananya, ketika kita mahir, kita mampu membuat varasi-variasi yang kita kehendaki tetapi tetap berpegang
pada pagunya.
P10
Assalamualaikum pak Ukim saya ingin sekali tulisan saya sekarang dikelas menulis ini bisa dibukukan, namun tulisan saya, dibaca sendiri aja, masih acak-acakan baik bahasa maupun ejaan penulisannya. Apakah tulisan
saya itu bisa dibukukan? Bagaimana dengan bahasa dan ejaannya yang belum sesuai ?
JAWAB
Penanya yang budiman, memang semuanya perlu proses. Ide untuk membukukan hasil pelatihan ini merupakan hal brilyan. Mulailah membukukan dengan niat untuk pribadi
terlebih dahulu. Dengan membukukan kita punya basic kemampuan yang akan kita ukur kelak setelah berikutnya berproses. Saya doakan anda merasa adanya kemajuan setelah sekian lama berproses.
P11
Siang.. saya Kaswati dari SMKN 1 Nglegok Blitar
Mau bertanya
Bagaimana langkah kita menulis buku pelajaran yang kita ampu dan bagaimana trik trik jitu agar buku pelajaran
yang kita buat bisa di minati para pembaca utamanya kaum pelajar. Terimakasih
JAWAB
Ibu Kaswati,
Mulailah dengan modul atau serpihan bab sebagai pegangan siswa sendiri. Minta mereka memberikan masukan. Tahun depan, semoga Ibu bisa meningkatkannya menjadi buku
sederhana tetapi hanya untuk kalangan sendiri. Mintalah masukan kembali kepada anak-anak terkait banyak hal yang pernah saya jelaskan di awal. Setelah itu, saya yakin akan menjeadi lebih baik sampaik Ibu marasa yakin kalau
ini layak untuk diterbitkan.
P12
Assalaamu'alaikum pak ukim. Saya Sri Indayani dari Lamongan. Saya sedang menulis buku pelajaran yang didalamnya banyak gambarnya, tetap saya hanya bisa menggambar sebatas kemampuan saya. Yang saya tanyakan, apakah
penerbit akan memperbaiki gambarnya jika bukunya diterima oleh penerbit?
JAWAB
Ya, Bu. Awalnya mereka akan melihat substansi buku sebagaimana saya jelaskan di atas. Soal gambar dan lain-lain, apalagi yang sifatnya lipstik, mereka lebih punya
stok dan tahu etika pengambilan gambar yang tidak mengundang masalah. Kadang-kadang, saking bagusnya buku Ibu, mereka mau beli gambar di situs-situs resmi.
P13
Suminarsih
Pemalang
Pertanyaan: Dari Pengalaman Bapak penerbit yang menawarkan untuk buku bapak diterbitkan. Untuk pemula tentu harus penulis yang mengajukan proposal
ke penerbit? Bagaimana prosesnya?
JAWAB
Ibu Suminarsih bisa datang sendiri ke penerbit atau mengirimnya lewat pos. Kemasannya: (1) surat yang menjelaskan maksud Ibu; dan (2) Naskahnya. Ingat, jangan file, tetapi print outnya.
Minta tanda terima jika mengantar langsung dan tanyakan biasanya kapan mendapatkan tanggapan. Syukur jika mendapatkan nomor kontak editornya.
P14
Saya Candra dari Langkat-SUMUT, Pak. Alhamdulillah saya sudah baca buku bapak menghimpun yang berserak. Karya yang luar biasa. Yang
mau saya tanyakn Pak, dominannya apa hal yang paling banyak dikoreksi oleh pihak editor dan kiranya apa trik saya penulis pemula agar bisa meminimalisir hal itu? Terima kasih
JAWAB
Pak Candra, kebetulan saat itu penerbitnya (editornya) jatuh cinta duluan pada tulisan saya. Ia hanya minta persetujuan pembubuhan ilustrasi. Kala itu, saya setuju usulan tersebut sebab
illustrator menjadikan buku tersebut lebih menarik.
Kalau bapak ada karya yang mau ditawarkan, segera saja kirimkan. Siapa tahu nasib baik sedang berada di Bapak.
P15
Selamat sore pak Ukim, saya grefer pollo dari kupang NTT,
Berdasarkan pengalaman bapak pribadi, apa kelebihan dan kekurangan jika penulis sebagai editor dari tulisannya dan orang lain (bukan penulis) sebagai editor? Terima kasih.
JAWAB
Pak Grefer, maksudnya dalam keseharian tugas Bapak sebagai editor, ya? Wah itu hebat, Pak. Sebab Bapak sudah tahu apa yang harus Bapak kerjakan. Adapun ada orang
lain yang mau dan mampu mengedit tulisan Bapak, itu nasib baik. Semoga Tulisan bapak menjadi lebih berkualitas.
P16
Salam sejahtera pak Ukim.
Saya mempunyai pengalaman yang mirip dengan bapak Ukim. Bedanya pada konteks dan kondisi.
Saya berada di pedesaan pedalaman Timor yang akses ke penerbit tidak sama. Penerbit di Kota Kupang yang saya temui pertama kali untuk mengantarkan apa yang kira-kira idem dengan
milik pak Ukim, Menghimpun yang Berserak;
Punyaku kusebut, Catatan Seorang Guru Daerah Terpencil.
Mula-mula pimpinan penerbit tidak percaya kalau saya penulisnya, berhubung yang saya bawa itu fotokopian dari potongan-potongan koran dimana opini-opini saya diterbitkan.
Beruntungnya, saya punya Kartu anggota PGRI. Saya tunjukkan. Ia percaya bahwa saya guru, namun kelihatan pula keraguannya. Saya harus menjelaskan berulang. Nah, saya sadar. Saya
datang dari kampung. Tampilan memang kampungan, tidak nampak wajah sebagai penulis., Belum lagi penilaian apakah saya berdompet.
Semua itu saya alami. Akhirnya melalui proses panjang berbelit, buku pertama terbit tahun 2015, minta Penerbit sekaligus yang punya percetakan menggandakan sebanyak 200 eksemplar.
Nah, kesulitan lain muncul. Masyarakat pendidikan kami (mungkin daerah lain berbeda dengan kami di pedesaan), belum punya kebiasaan membaca. Mana mungkin membeli buku apalagi dari
penulis kelas kampung. Itu romantikanya saya merambah dunia kepenulisan secara otodidak. Hari ini bapak Ukim berbagi pengalaman, saya ingin bertanya, Bagaimana bapak membangkitkan minat baca lingkungan sekitar bapak? Roni Bani _Kab Kupang
JAWAB
Pak Roni Bani, yang pekerja keras.
Saya merasa malu membaca pengalaman Bapak yang luar biasa. Saya tidak punya kesulitan yang berate dibanding pengalaman bapak yang berbelit untuk menghasilkan karya. Saya yakin harus ada
terobosan baru dalam pemasaran buku Bapak karena jika mengandalkan sebatas teman-teman sekitar, buku itu hanya menjadi “kuntum”. Dia tidak “mekar” apalagi “berbuah” banyak.
Bapak yang ulet, berusahalah bicara dengan penerbit lain yang mungkin bisa menerbitkan di wilayah yang lebih besar kemungkinan pembacanya. Semoga Bapak beruntung.
P17
Sri sulastri dr SMKN 2 Bojonegoro, jatim.
Kenapa editor ada yg TDK mengedit naskah buku?
JAWAB
Ya, Bu Sulastri. Mungkin ada editor yang tidak kompeten. Kita jadi repot karena begitu dami sampai di kita, kita jadi sibuk membetulkan yang menurut kita salah.
Celakanya, pengalaman saya itu tanda-tanda penerbit tak berkualitas.
P18
Assalamu'alaikum. Saya Uri dari Majalengka Jawa Barat, ingin menanyakan kepada Bapak, "Apakah setiap buku yang kita ajukan untuk diterbitkan selalu diawali dengan inteview
terlebih dahulu?" Terima kasih.
JAWAB
Ibu Uri,
Interview itu tanda-tanda naskah kita dilirik. Berbahagialah Ibu karena diduga naskah ibu diperhitungkan. Jangan meniru gaya saya yang awam. Untung masih rezeki
meski kemudian saya baru menanggapi, saya masih diperhatikan penerbit. Kadang-kadang, naskah kita diterlantarkan oleh mereka tanpa kabar.
P19
Assalamualaikum. Mr. Bams... Saya Ika Siswati dari Tangerang.. Maubertanya kepada bp. Ukim mengenai sistem kerja sama yang saya
baca di power point,... Di situ d tuliskan bahwa sistem kerja sama itu ada royalti dan pembelian naskah. Boleh dijelaskan mengenai pembelian naskah pak...terima kasih...
JAWAB
Ibu Ika, ada dua sistem kerjasama. Pertama, naskah dibiayai hingga terbit dengan nama penulis sebagai pencipta buku dipertahankan. Sebagai gantinya, pihak penerbit menawarkan royalty
sebagai pengahasilan penulis dengan rentang 10% s.d. 12%). Artinya, penghasilan atau keuntungan sisanya milik penerbit.
Kedua, naskah dibeli oleh penerbit. Anda sebagai penulis tak lagi berhak mencantumkan nama karena hak naskah sudah anda jual. Biasanya harga naskah tinggi hingga ratusan juta rupiah.
P20
Saya Rachmi dari Banyuwangi
Jujur saya gagap menulis artinya masih harus belajar banyak hal seperti sekarang mengikuti belajar
menulis, saya punya keinginan awal bisa menulis di buletin. Apakah ada syarat-syarat khususnya?
JAWAB
Ya, Ibu Rachmi. Tanyakan kepada pengasuhnya atau contek naskah bulletin yang telah ada. Umpamanya, yang saya tahu. Naskah paling banyak 4 halaman HVS ukuran A4 diketik spasi ganda dengan
margin standar. Biasanya seperti itu. Baik juga jika Ibu bertanya kepada pengasuhnya.
P21
Assalamu'alaikum
Saya Suminar. Dari Tangerang.
Mohon maaf kepo, untuk memotivasi diri saya, sejak kapan bapak mencurahkan ekspresi diri dalam tulisan sehingga menjadikan menulis adalah
kebutuhan. Dan di media apa saja bapak mengawali menulis. Terima kasih
JAWAB
Sdr. Suminar,
Saya mulai menulis sejak mahasiswa tahun terakhir. Saya mulai berkarir sebagai jasa pengetik naskah teman yang kebetuan sudah mapan dalam menulis. Sebenarnya, saya
mencuri cara berpikir dan berproses dia sejak awal. Dan saya berhasil.
P22
Terimakasih. Saya Naharuddin NTB. Terkait dengan karya tercetak jadi buku yang kenjdian menjadi judulnya "menghimpun
yang berserak" sepertinya saya punya karnya berserak berupa artikel. koran. Apakah ada peluang dibukukan. Tulisannya tidak boom pak.
JAWAB
Bapak Naharuddin yang baik,
Wah itu hebat, Pak. Sejumlah artikel itu Bapak kumpulkan berdasarkan tema. Kemudian bapak lengkapi sesuai dengan isu kekinian sehingga naskah itu pas dengan situasi kini. Tolong Pak jangan
disia-siakan. Sepertinya untuk menjadikannya sebagai buku, Bapak sudah setengah jalan tuh.
Jakarta, 4 Mei 2020
Salam Takjim,
Ukim Komarudin
Ternyata setelah mengetahui pengalaman menulis Pak Ukim hingga penerbitan bukunya banyak proses yang dilalui. Sebagai penulis harus bersabar ingin bukunya diterbitkan. Perbanyak membaca dan sering berlatih
menulis sehingga tulisan itu berkembang dan layak diterbitkan dan laku dipasar. Terima kasih pak Ukim atas pengalamannya. Pengalaman yang sangat berharga buat saya.
Rosmalinda Aziz
SMPN 2 Kundur Barat
Karimun, Kepri
No comments:
Post a Comment