Belajar menulis sudah sampai pada pertemuan keempat. Kali ini akan disampaikan oleh Ibu Sri Sugiastuti dari Solo. Beliau seorang penggiat literasi nusantara, motivator, dan blogger. Sudah menulis 15 buku. Beliau juga penulis aktif di berbagai komunitas literasi.
Saat ini beliau kepala SMK Tunas Pembangunan 2 Surakarta. Hobi beliau silaturahmi, traveling dan membaca.
Pembelajaran ini dilakukan secara diskusi dengan voice note. Diawal perkenalan beliau memberi link http://wp.me/f4fcvY-jW yang merupakan proses beliau menjadi seorang penulis. Sungguh pengalaman yang luar biasa yang saya rasakan setelah membacanya. Beliau hebat, beliau sabar, dan beliau orang yang pantang menyerah. Ada kalimat yang buat saya termotivasi dari ibu Sri "Berbagilah suka dukamu. Bila ada pengalaman buruk juga bagilah agar yang lain waspada dan tidak ada korban. Atau setidaknya bisa mengingatkan bahwa budaya baca itu penting." Yah benar, berbagi pengalaman buruk bukan berharap simpati dan kasihan cuma berbagi agar pembaca lebih waspada dan tidak mengalami hal yang sama. adapun tema belajar menulis ini adalah Pembuatan dan Penerbitan Buku Secara Indi
Pembelajaran ini dilakukan secara diskusi dengan voice note. Diawal perkenalan beliau memberi link http://wp.me/f4fcvY-jW yang merupakan proses beliau menjadi seorang penulis. Sungguh pengalaman yang luar biasa yang saya rasakan setelah membacanya. Beliau hebat, beliau sabar, dan beliau orang yang pantang menyerah. Ada kalimat yang buat saya termotivasi dari ibu Sri "Berbagilah suka dukamu. Bila ada pengalaman buruk juga bagilah agar yang lain waspada dan tidak ada korban. Atau setidaknya bisa mengingatkan bahwa budaya baca itu penting." Yah benar, berbagi pengalaman buruk bukan berharap simpati dan kasihan cuma berbagi agar pembaca lebih waspada dan tidak mengalami hal yang sama. adapun tema belajar menulis ini adalah Pembuatan dan Penerbitan Buku Secara Indi
Berikut beberapa hasil diskusi yang dilakukan dalam pertemuan keempat ini:
- Seberapa penting menggunakan nama pena dalam buku?
- Apakah ada batasan jumlah halaman baik fiksi maupun non fiksi untuk sebuah buku?
- Bagaimana menulis buku best practice yang benar (sistematika)?
- Bagaimana supaya keinginan untuk menulis itu muncul lagi?
- Bagaimana agar semangat itu tetap terjaga?
- Langkah-langkah atau tips agar buku yang kita buat bisa terbit?
- Apakah modul pembelajaran bisa diterbitkan ditengah kebijakan sekolah elektronik masa kini?
- Buku seperti apa yang sebaiknya dibuat dari Buku diary yang pernah ditulis? apa biografi, kisah nyata, bentuk novel, atau yang lainnya?
- Apa kelebihan dan kekurangan antara ebook dengan buku yang di cetak?
- Sebagai pemula untuk memulai menulis itu dimulai dari mana dulu ya?
Jawaban : Nama pena adalah salah satu kenyamanan penulis itu sendiri, atau lebih percaya diri dengan mengunakan nama pena itu, atau tidak mau nama aslinya dikenal.
Jawaban: Halaman yang bisa dinilai untuk angka kredit minimal 60 halaman. Tapi untuk buku lain yang tidak untuk dinilai kurang dari 60 halaman tidak masalah.
Sesuai dengan apa yang kita tulis, kalau buku itu kita anggap cerita tuntas 100 halaman kita sampaikan 100 halaman. semua tergantung dari layoutnya.
Jawaban: Buku best practice itu sebenarnya pengalaman terbaik kita selama mengajar. Diawali dengan pendahuluan, bagaimana ingin mengajar dengan baik atau suatu
penemuan yang dirasa bisa membuat anak-anak berhasil menguasai materi/pelajaran yang diajarkan.
Jawaban: Banyak hal yang bisa membangkitkan gairah menulis lagi. Misalnya memori-memori yang terpendam itu ada kata kuncinya sehingga bisa menggunakan mapping
bergerak dengan cepat.
Jawaban: Harus berkumpul pada orang yang satu passion yaitu suka menulis dengan saling mengingatkan atau pamer ( bukan riya) dan mempunyai target.
Jawaban: Menyiapkan referensi dan membuat kerangka dan dikerjakan satu persatu.
Jawaban: Tentu saja bisa. Dibuat dalam bentuk ebook agar mudah diunggah apalagi dalam situasi seperti ini.
Jawaban : Buku harian bisa dijadikan buku memoar. Buku memoar itu berbeda dengan buku biografi. Tapi memang kisah nyata tapi tidak harus menuliskan semua kejadian
yang dialami dari dulu hingga kini. Ambil apa saja yang berkesan dan memotivasi orang lain dan kira kira bisa menjadi teladan dan menjadi hikmah dari tulisan diari itu.
Jawaban : Buku cetak lebih abadi bisa dibawa kemana saja dan bisa ditandai batas yang sudah dibaca. Membaca ebook lebih membuat mata lelah.
Jawaban: Memulai dari hal hal yang kecil yang disukai dan kuasai.
Masih banyak lagi pertanyaan dari peserta dan semua jawaban dari ibu Sri sangat menginspirasi dan penuh dengan motivasi. Diakhir sesi beliau memotivasi kembali kepada peserta agar bersemangat
menulis agar bisa menerbitkan buku. Setelah pembelajaran selesai bersama ibu Sri, Om Jay juga memotivasi peserta dengan kalimat sebagai berikut: "Semua tulisan yang luar biasa awalnya dari sebuah tulisan yang sangat
sederhana karena kesederhanaan itu unik dan dan menarik. tulisan seperti itu justru banyak disukai para pembaca karena tulisan apa adanya."
Rosmalinda Aziz
SMPN 2 Kundur Barat
Karimun, Kepri
Waah kereeen... Rajin sekali Q&A diskusi dipaparkan dalam tulisan ini. Good job 😊👍
ReplyDeleteKrn binggung tu buk mau meresume apa. Yah Jadikan sepert itu.
DeleteBTW busway thanks ya😊😊
Nyimak
ReplyDeleteThank you ibu😊
Delete