Saturday, May 2, 2020


Merancang Desain Pembelajaran Modern
Bersama:
Dr. Paidi




Belajar menulis hari selasa, 28 April 2020 yang dimulai pukul 13.00 - 15.00 WIB mendatangkan Dr. Paidi sebagai narasumber yang membahas tentang Merancang Desain Pembelajaran Modern. Selain sebagai Praktisi Pendidkan Vokasi, narasumber juga saat ini menjabat sebagai Kepala SMKN 4 Kota Bengkulu dan Ketua MKKS SMK Kota Bengkulu dan Ketua Provinsi Bengkulu. Sebelum pembelajaran dimulai omjay memberi biodata narasumber dan file Desain Pembelajaran Modern.

Berikut isi file Desain Pembelajaran Modern milik Pak Paidi

Desain Pembelajaran Modern

Tujuan Pendidikan Nasional
  1. Mengembangkan kualitas sumber daya manusia, terarah, terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya produktif dan kreatif oleh seluruh kompenen bangsa, agar generasi muda dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensinya (Sisdiknas).
  2. Kualitas sumber daya manusia akan menjadi kunci utama dalam memenangi persainagn pada era MEA (Dior (2014:14)).

Latar Belakang
Salah satu solusi memperbaiki ketidakefektifan belajar yang dikarenakan faktor alam seperti bencana alam atau peristiwa luar biasa (Pandemi Virus Covid-19), maka perlu pelaksanaan pembelajaran secara blended learning.
  1. Desain Instruksional
         
      2.  Blanded Learning


       
       3.  Research and Development.



Pembelajaran ini akan dipimpin oleh Mr. bams sebagai moderator tapi berhubung Mr. Bams belum dapat dihubungi maka moderator diambil alih langsung oleh Omjay. Omjay mempersilakan moderator untuk menyampaikan materinya. Kemudian disambut oleh narasumber dengan memberi salam «Assalamualaikum warahmatullah Wabarakatuh bapak/ibu/rekan-rekan semua kepada peserta belajar menulis" dan mengucapkan "Selamat bertemu di dunia maya untuk berbagi ilmu, semoga hal ini jiga bisa menjadi catatan amal kebaikan kita. Aamiin Yarabbal Alamin." Setelah itu Pak Paidi menyampaikan materinya dengan berbagi pengetahuan tentang cara mendesain buku pembelajaran.

Teknik dan Pendekatan Desain Pembelajaran
Teknik dan pendekatan yang beliau gunakan adalah mengacu pada tokoh fenomenal bidang desain pembelajaran yaitu Prof Dr. Atwi Suparman (mantan rektor UT) dan Dick & Carrey. Secara umum dalam mendesain pembelajaran dan sekaligus menghasilkan bahan pembelajaran secara ilmiah dapat dilihat pada bagan berikut ini:




Secara umum proses perancangan desain pembelajaran terdiri dari 11 langkah sebagai berikut:
Langkah 1:
Kita perlu mendapatkan data dan informasi guna mendapatkan masukan dari siswa/pengguna atas materi-materi yang dianggap sulit atau perlu dipelajari lebih lanjut.

Langkah 2: 
Berdasarkan data yang didapat dari langkah 1 selanjutnya kita perlu membuat identifikasi kebutuhan peserta didik terhadap mata pelajaran/bahan yang akan kita rancang.

Langkah 3:    
Berdasarkan data langkah 2 selanjutnya kita mulai membuat analisis instruksional/pembelajaran mata pelajaran yang akan kita rancang.

Langkah 4:    
Seorang perancang perlu mendapatkan gambaran karakteristik peserta didik yang akan menjkadi target atau pemakai buku yang kita rancang

Langkah 5: 
Membuat rumusan tujuan instruksional khusus (penggunaan istilah instruksional disini berdasarkan sumber asli yang di karang oleh Dick & Carrey yaitu instructional)

Langkah 6: 
Melakukan penyusunan TES

Langkah 7:
Membuat perencanaan strategi instruksional/pembelajaran yang akan digunakan (dalam hal ini beliau merancang pembelajaran secara blended learning)

Langkah 8: 
Mengembangkan dan memilih bahan instruksional. Bahan pembelajaran yang dirancang dapat dibedakan menjadi 2 yaitu bahan tercetak dan bahan online. Dalam hal perancangan bahan pembelajaran (Buku) dapat digunakan teori Rothwel dan untuk bahan online bisa menggunakan teori hannafin)

Langkah 9: 
Setelah draft bahan tersedia (langkah 8) selanjutnya perlu dilakukan evaluasi formatif sebagai berikut: 1. one-to-one expert dengan melibatkan 4 orang pakar (pakar Desain, pakar Media, pakar Materi, pakar bahasa); 2. One-to-one learner (melibatkan 3 orang siswa yang berasal dari siswa peringkat atas, menengah dan bawah); 3. Evaluasi Small group (melibatkan sekitar 9 siswa yang berasal dari kelompok, menengah dan bawah); 4. Field trial yaitu tahap uji coba luas dengan melibatkan siswa sekitar 30 siswa yang berasal dari kelompok Atas, menengah dan bawah. Setiap tahapan muai evaluasi one-to-one, evaluasi small group akan menghasilkan namanya draft bahan pembelajaran dan setelah field trial baru dinamakan prototipe bahan pembelajaran.

Langkah 10: 
Melakukan evaluasi formatif.

Langkah 11: 
Merancang dan mengembangkan evaluasi sumatif.

Khusus untuk langkah yang terakhir Evaluasi Sumatif sifatnya tidak harus dilakukan dalam proses desain pembelajaran karena harus dilakukan oleh pihak lain. Sedangkan untuk buku pembelajaran yang dirancang untuk keperluan penerbit bisanya pihak penerbit sudah mempunyai format/standar tertentu. Sehingga jika penulis ingin memasukkan buku agar bisa diterbitkan oleh penerbit maka format yang digunakan harus mengacu kepada format yang digunakan oleh penerbit.

Itulah pengantar dari bapak Paidi sekilas cara mendesain bahan pembelajaran yang secara ilmiah dapat dipertanggungjawaban, insyallah jika tahapan di atas dilakukan secara benar maka tidak akan terjadi kasus salah gambar dan lain-lain sebagaimana dahulu pernah terjadi di buku-buku yang beredar di lingkup dikbud khususnya jenjang sekolah dasar.

Setelah materi pengantar selesai dilakukan sesi tanya jawab yang semula dimoderator oleh Omjay sudah beralih ke Mr.Bams. Sebelum sesi tanya jawab dimulai Mr. Bams memberi tata cara jalannya sesi tanya jawab ini. Ketika pertanyaan diberikan langsung dijawab Pak Paidi, Bila selesai menjawab tulis huruf N di baris chat terakhir. Dan bagi peserta yang bertanya mengirim pertanyaannya dengan japri ke Mr. Bams. Kemudian sesi tanya jawab dimulai sebagai berikut tanya jawabnya.

P1: Andy Muhtadin, Beltim-Babel
  1. Setelah melihat dan memahmi PPT, Elearning SMK Bengkulu, saya berasumsi bahwa itu adalah desain belajar untuk program sekolah afirmasi dan mirip classroom kira-kira tangapan bapak seperti apa?
  2. Tolong beritahu kami cara praktis mendesain pembelajaran seperti SMKN Bengkulu?
Jawaban:
Terimakasih Mas Andi (Babel), untuk pertanyaan 1). Kebetulan saya pernah merancangkan sebuah desain pembelajaran untuk SMKN 1 Bengkulu, dimana waktu itu pihak sekolah kesulitan untuk mencari pola pembelajaran untuk siswanya yang melaksanakan di industri sekitar 6 bulan, maka saya buatkan sebuah konsep namanya blended learning dan alhamdulilah bisa digunakan dengan media yang dipakai siswa dan guru kala itu adalah Handphone. Praktek pembelajarannya memang menggabungkan antara pembelajaran di classroom dengan online. 2). Untuk cara praktisnya sepertinya bisa mas Andy ikuti alur yang ada di slide no. 7 tentang Pengembangan Blended Learning Berbasis Handphone (BLISH).

P2: Rasita, Kab. Mukomuko Bengkulu
Untuk langkah yang ke 9 mencari pakarnya agak susah di daerah bagaimana mengatasinya, apa lagi kami dari SD agak terbatas kemampuan serta personilnya.
Jawaban:
Untuk pertanyaan mbak Rasita, alhamdulilah untuk pakar yang dimaksud Prodi S2 Teknologi Pendidikan Unit sudah banyak mbak yang bisa, dengan syarat yang bersangkutan sudah mencapai kualifikasi S3/Doktor (Pendapat Sugiyono dalam Bukunya R&D) atau juga di kampus atau lembaga lain juga bisa selagi sudah ada bukti kepakarannya mbak.

P3: Supyanto, Kota Bekasi
Mohon penjelasan dalam desain Instruksional itu mengenal ada tes formatif dan sumatif. Apa bedanya?
Jawaban:
Untuk pertanyaan mas Supyanto, yang dimaksud TES Formatif disini adalah tes yang dibuat (modelnya bisa multiple choice, Essay dll) atas materi yang ada di bahan pembelajaran. Tes ini dibuat oleh si perancang buku yang sebelumnya telah melalui telaah oleh pakar dan uji validitas maupun reabilitasnya. Sedangkan Tes Sumatif dalam konsep desain ini adalah penilaian oleh lembaga lain (eksternal) atas kelayakan bahan yang dibuat oleh si Perancang buku tsb.

P4: Ridwan Nurhadi
Kalau boleh tau apa nama aplikasi e learning nya. Kayaknya keren banget.
Jawaban:
Software yang pernah saya untuk e-learning tersebut menggunakan moodle, murah meriah pak karena sifatnya open source. Tapi saat ini tidak bisa masuk lagi link tersebut karena sudah saya serahkan ke pihak SMKN 1 Kota Bengkulu. Jika mas Ridwan ingin melihat lebih jauh isinya nanti saya coba mintakan sama pihak SMKN 1, jika sudah ada hasilnya saya sampaikan kepada om Jay

P5: Iez, Lumajang
  1. Bertanya apakah langkah-langkah mendesain cara mengembangkannya sama dengan model dick and Carry ya?
  2. Yang dimaksud dengan research versi penerbit ini apakah blended learning yang dimaksud bapak?
Jawaban:
  1. Betul mbak Iez, karena saya juga menggunakan model Dick & Carrey. Namun mbak Iez juga bisa mengkombinasikan dengan teori/model lain seperti pada langkah 8 selagi sesuai dengan karakteristik bahan pembelajarannya.
  2. Heeee bukan, blended learning itu sebuah model pembelajaran, sedangkan yang saya maksud reseacrh versi penerbit ini lebih pada aturan tata cara pengetikan seperti desain cover, isi dan lain-lain yang diberlakukan oleh penerbit jika buku tersebut dicetak oleh Penerbit. Kalau versi penerbit biasanya ini ada kebutuhan tertentu yang ditetapkan oleh penerbit karena menyangkut untuk keuntungan penjualan dan lain-lain. Pihak penerbit biasanya sudah punyak team editor sendiri, seperti yang pernah saya lakukan untuk memperbaiki draft buku di Penerbit Salemba IV - Jakarta, sehingga buku tersebut bisa dicetak/diterbitkan oleh Salemba IV.

P6: Ika, Tangerang
Boleh dijelaskan mengenai teori rothwel dan teori hannafin pada langkah ke 8 dalam mendesain pembelajaran?
Jawaban:
Teori Rowntre itu adalah cara-cara untuk membuat buku yg sifatnya tercetak. Dan Hannafin itu untuk merancang bahan yang non cetak alias online. Untuk teknisnya nanti saya kirimkan e-booknya ya

P7: Lusia ,Curup.
Apakah rancangan pembelajaran seperti ini bisa untuk SD, sedangkan guru di SD mengajar seluruh mata pelajaran kecuali Agama dan PJOK. Bagaimana teknik penyederhanaannya?
Jawaban:
Untuk mbak Lusia, pada prinsipnya desain pembelajaran itu bisa untuk semua mata pelajarannya, yang membedakannya terletak pada isi pelajarannya.

P8: Sri Indayani, Lamongan
Setelah membaca semua materi yang berisi langkah pembuatan design pembelajaran saya masih belum bisa membayangkan hasil akhirnya. Yang ingin saya tanyakan bagaimana bentuk hasil design pembelajarannya, apakah menjadi sebuah buku atau yang lainnya? Bagaimana cara penerapan hasil design pembelajaran tadi ke siswa?
Jawaban:
Kelebihan desain pembelajaran ini adalah akan menghasilkan buku pembelajaran yang bisa dijamin kebenaranya selagi prosedur dikerjakan dengan benar. Kelebihan lain juga desain pembelajaran ini akan dilengkapi dengan instrumen pendukungnya termasuk model pembelajarannya sudah ditentukan.

P9: Noralia, Semarang.
Saya pernah melakukan penelitian R&D untuk tesis saya dulu, saya mengambil judul pengembangan modul pembelajaran dan itu saya penelitian hingga menjadi produk akhir yang bagus bisa sampai 6 bulan, padahal hanya untuk 1 bab materi ajar karena beberapa kali diujikan ke kelas besar sehingga dapat prototipe produk yang bagus.
pertanyaan saya,
  1. Untuk pengembangan bahan ajar seperti yang bapak laksanakan yang menghasilkan produk buku ajar untuk 1 tahun pelajaran, butuh berapa lama pak penelitiannya?
  2. Apakah tiap bab materi ajar di buku ajar yang dikembangkan harus diujikan di kelas besar atau hanya kita ambil sampel salah satu materi ajar saja?
Jawaban:
  1. Waktu yang dibutuhkan untuk 1 buku /tahun saya butuh waktu antara 6 sampai 10 bulan itupun saya sambil nyambi mbak heeee. Jika focus untuk desain buku saja 6 bulan itu insyallah sudah selesai.
  2. Iya betul setiap bab harus diujikan untuk tahap Small group dan Field trial.

P10: Dede dari SLB AB Kemala Bhayangkari 2 gresik
Jika mengacu kepada keterangan terakhir tentang buku yang dirancang untuk keperluan penerbit, penerbit sudah mempunyai format sendiri mohon arahan. Berkenaan dengan buku yang akan saya buat subjeknya ABK (Anak Berkebutuhan Khusus), lalu untuk uji coba seperti tahapan di atas apa memungkinkan?
Jawaban:
Ooooo Bisa mbak, anak berkebutuhan khusus, selagi bahan/materi buku masih dalam lingkup di SLB, silahkan dicobakan menggunakan alus desain sebagaimana tersebut pada slite 7.

P11: Budi, Gresik
Berapakah jumlah halaman yang dipersyaratkan bila membuat buku ini ?
Jawaban:
Tidak ada persyaratan minimal jumlah halamannya yang pasti buku tersebut sudah mencakup semua materi hasil analisis pada langkah 3 dan 5,

Karena waktu yang kurang dan banyak pertanyaan yang belum terjawab, Pak Paidi meminta kepada Mr. Bams merekap dan nantinya di jawab satu persatu dan dikirim ke email beliau.

Itulah rangkaian pembelajaran bersama Pak Paidi. Materi yang luar bisa berupa desain pembelajaran agar pelaksanaan proses belajar berjalan dengan terarah dan sesuai digunakan pada masa pandemi ini.




Rosmalinda Aziz
SMPN 2 Kundur Barat
Karimun, Kepri


No comments:

Post a Comment